Kamis, 13 November 2008

Laporan Gersos

LAPORAN PENELITIAN
GERAKAN SOSIAL

GERAKAN SOSIAL : ( STUDI KASUS GERAKAN BURUH PABRIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN HIDUPNYA
DI RUNGKUT-SURABAYA )








Disusun Oleh :
1. Hairatut Taqiyah ( 064564001 )
2. Aprillia Sakrawati ( 064564026 )
3. Raisa P.B Nadeak ( 064564015 )

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai sektor menyokong perekonomian Indonesia, diantaranya: sektor agraris, industri, perdagangan, perbankan, permukiman dan perhotelan. Sektor-sektor tersebut mempunyai kontribusi masing-masing, termasuk sektor industri juga. Industri di Indonesia berkembang cukup pesat. Perkembangan industri yang cukup pesat menyebabkan industri sering terjadi konflik, yaitu antara pengusaha atau pemilik modal dengan buruh1. Konflik itu biasanya seperti tuntutan buruh mengenai Upah Minimum Kabupaten atau Kota (UMK) dan Upah Minimum Propinsi (UMP) pada setiap tahun.
Gejolak industri yang dipicu oleh pro-kontra UMK atau UMP terjadi di berbagai daerah dan kota-kota besar di Indonesia khususnya di Jawa. Unjuk rasa dilakukan buruh tidak hanya pada saat menuntut kenaikan UMK, tetapi juga saat merespon rencana pemerintah untuk merevisi Undang-Undang Nomor 13 tentang ketenagakerjaan yang isinya berpengaruh pada pengurangan hak pesangon PHK.
Reaksi buruh yang telah disebutkan di atas terjadi di beberapa daerah yang merupakan kantong-kantong buruh. Gerakan buruh terjadi di sejumlah daerah dalam rangka menuntut kenaikan UMK atau UMP tersebut telah melumpuhkan beberapa industri untuk sementara waktu. Aksi buruh tentang ketenagakerjaan tentunya tidak dapat dilakukan secara spontan. Dalam melakukan aksi tersebut, masing-masing organisasi tentunya mempunyai pandangan atau nilai-nilai yang dijadikan landasan dalam melakukan gerakan. Pandangan atau nilai-nilai itulah yang kemudian disebut dengan ideologi. Ideologi dalam gerakan buruh digunakan untuk membangkitkan kesadaran kelas para buruh.
Dalam beberapa momentum, buruh melakukan gerakan untuk memperjuangkan hak-haknya sehingga tidak jarang para buruh juga melakukan aliansi dalam gerakannya. Jika majikan atau pemilik modal tidak menyanggupi permintaan para buruh, biasanya para buruh akan melakukan mogok kerja.
Dalam penelitian Anam (1998), menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya mogok kerja di kalangan buruh2. Anam mengambil lokasi penelitian pada PT. Nusantara Prima Gresik sebagai studi kasus. Faktor-faktor mogok kerja buruh dikarenakan masalah upah, komunikasi yang bersifat top-down antara pengusaha dan majikan (dalam arti pengusaha mengabaikan keluhan dari buruh) dan keberadaan Unit Kerja SPSI di PT. Nusantara Prima Gresik yang kurang dapat menempatkan posisinya sebagai wakil buruh dikarenakan pengurus SPSI tidak murni diangkat oleh buruh melainkan masih ada campur tangan dari pengusaha.
Seperti yang telah dikatakan di atas, upah menjadi tuntutan ekonomi yang harus diperjuangkan oleh buruh maupun organisasi buruh. Apabila tuntutan upah yang layak tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka buruh harus rela mengurangi kebutuhan hidup mereka. Pada penelitian Septi (2005)3, pada prinsipnya buruh memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan praktis. Setiap buruh mempunyai pola konsumsi yang berbeda sehingga nantinya para buruh harus menyesuaikan pola konsumsi tersebut dengan upah yang diterima.
Adanya penyesuaian pola konsumsi tersebut menyebabkan kesejahteraan buruh berkurang. Akibat adanya penuntutan kesejahteraan itulah, para buruh melakukan adanya suatu gerakan yang memprotes kebijakan yang dilakukan oleh pemilik tempat mereka bekerja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya?
2. Bagaimana solusi yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan mereka yang rendah ?
3. Bagaimana upaya LSM Buruh dalam mengatasi kesejahteraan buruh ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
2. Untuk mengetahui solusi apa yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan hidupnya.
3. Untuk mengetahui upaya LSM Buruh dalam mengatasi kesejahteraan buruh

D. Manfaat Penelitian
Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan tentang gerakan buruh dalam upaya memperbaiki kesejahteraan hidupnya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat berkenaan dengan media yang digunakan serta dapat mempermudah memahami berbagai macam gerakan buruh yang ada di Indonesia.


BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam sebuah gerakan, ideologi sangat diperlukan untuk memunculkan kesadaran kolektif. Ideologi mempunyai fungsi sebagai landasan perjuangan dalam suatu gerakan. Berikut akan dijelaskan ideologi gerakan buruh diantaranya melalui pemikiran Karl Marx. Karl Marx menjelaskan bahwa dalam sistem selalu terjadi ketegangan atau konflik, contohnya dalam sistem industri. Pada masyarakat industri (kapitalis), kelas terbagi menjadi dua yaitu kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (buruh). Adanya pembagian kelas ini didasarkan oleh corak produksi (mode of production)4. Kelas borjuis sebagai pemilik modal dan alat produksi sedangkan kelas proletar sebagai kelas pekerja atau buruh.
Uraian kelas yang disampaikan oleh Marx hampir sama seperti yang disampaikan oleh Eric Wright, hanya saja Wright mengatakan ada tiga pembagian kelas. Erick Wright5 melihat struktur kelas masyarakat kapitalis industri terdiri dari kelas borjuasi (terdiri dari pemilik modal utama), kelas proletar (terdiri dari mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada kelas kapitalis) dan kelas petty borjuasi (kelas ini beranggotakan para pengusaha kecil dan pengrajin yang tidak mempunyai karyawan, tidak mengeksploitasi tenaga kerja dan tidak mendominasi apapun dalam hierarki kewenangan).
Seluruh pemikiran Marx berdasarkan pada anggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat ialah kelas-kelas sosial6. Kelas dipahami sebagai kelompok sosial yang diorganisasikan oleh bentuk-bentuk kepemilikan modal. Sistem kepemilikan modal, mempengaruhi hubungan produksi. Kelas melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah tentang kapitalisme dan sosialisme. Teori kelas termuat secara implisit dalam semua teori Marx yang eksplisit. Secara implisit Marx menyebut bahwa semua masyarakat yang ada sampai sekarang ialah karena sejarah perjuangan kelas. Kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam produksi.
Menurut Marx, pelaku-pelaku utama dalam perubahan sosial bukan individu-individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan ialah bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan, melainkan bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka. Menurut Marx, akan terlihat bahwa dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Kelas pemilik ialah kelas yang kuat sedangkan kelas pekerja ialah kelas yang lemah. Para pemilik dapat menetapkan syarat-syarat bagi mereka yang mau bekerja dan bukan sebaliknya. Kaum buruh terpaksa menerima upah dan syarat lainnya yang diberikan oleh pemilik, meskipun untuk mendapatkan pekerjaan itu ia telah berusaha mati-matian. Pada hubungan produksi, yang berkuasa ialah pemilik, sedangkan pihak yang dikuasai ialah pekerja. Buruh diberi pekerjaan bila ia bekerja untuk keuntungan pemilik. Pekerjaan yang melebihi waktu yang diperlukan buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan keuntungan pemilik sehingga hubungan antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya ialah hubungan eksploitasi atau penghisapan7.
Kelas pemilik hidup dari penghisapan (eksploitasi) tenaga kerja buruh. Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah merupakan hubungan kekuasaan antara satu berkuasa atas yang lainnya. Kekuasaan pada hakikatnya berdasarkan kemampuan majikan meniadakan kesempatan buruh untuk bekerja dan memperoleh nafkah dan menindas keinginan buruh untuk menguasai pekerjaan mereka sendiri.
Menurut Marx, setiap kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingan yang ditentukan oleh situasi objektif. Kelas majikan mengakumulasikan laba sebanyak-banyaknya karena dengan cara itulah mereka dapat bertahan hidup dalam persaingan pasar bebas, karena majikan menekan biaya tenaga kerja buruh sehingga menjadi lebih murah. Sebaliknya kelas buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah sebanyak-banyaknya sehingga nantinya kelihatan bahwa secara objektif kepentingan dua kelas tersebut bertentangan.


BAB III
METODE PENELITIAN
A.Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai bagaimana gerakan buruh itu terjadi dalam masyarakat, Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makana (interpretatif understanding) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta untuk memahami apa dan bagaimana suatu peristiwa tersebut dapat timbul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat sehari – hari.
Adapun tujuan pendekatan fenomenologi adalah untuk dapat menggambarkan perilaku – perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Dalam hal ini subjek ditempatkan sebagai individu yang bebas dan kreatif dalam mengkontruksi dunianya. Peneliti akan berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana suatu pengartian yang dikembangakan oleh para subjek disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2008 di Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena letaknya cukup strategis dan dekat dengan jalan raya serta mudah dijangkau baik dari segi waktu maupun biaya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang ” Gerakan Buruh Pabrik Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Hidupnya di Rungkut-Surabaya “
.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kutua umum LSM KBK(Kesatuan Buruh Kebangsaan Indonesia) Prof.Dr.M.Ali,SH,Dip.Ed.,M.sc dan Mbak Tik yang merupakan salah satu pegawai di LSM KBKI yang berada di daerah Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti mengambil daerah tersebut karena diasumsikan bisa menggambarkan gerakan buruh pabrik dalam hal meningkatkan kesejahteraan hidupnya berkenaan dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya bersama LSM yang mereka pilih sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka.
Subjek penelitian ini lebih ditujukan kepada pihak–pihak yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai pokok permasalahan yang diambil di daerah tersebut, Khususnya mengenai buruh.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu data primer sdan data sekunder. Penggalian data primer menggunakan teknik participant observert dan in-dept interview. Tujuan menggunakan in-dept interview (wawancara mendalam)adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung dimana peneliti langsung dihadapkan pada lapangan. Langkah – langkah yang akan dilakukan oleh peneliti agar dapat melakukan teknik in-dept interview adalah dengan cara pendekatan dan mengakrabkan diri terhadap subjek penelitian.
Sebelum melakukan penelitian, Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu disekitar lokasi penelitian melihat kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik misalnya keadaan sosial masyarakat setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi daerah tersebut dan foto – foto sebagai bahan dokumentasi serta data yang ditemukan dicatat kedalam field note (catatan lapangan).

E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitia ini akan dilakukan dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan data yang telah diperoleh. Tujuan pokok penelitian ini adalah menjawab pertanyaan dengan menggunakanmetode wawancara mendalam (in-dept interview) sehingga dapat membedakan masyarakat yang akan diteliti.
Setelah data diperoleh kemudian melakukan reduksi data dengan cara membuat abstrksi kemudian dilakukan penafsiran data yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan kajian teori yang telah disusun sebelumnya.
Adapun tahap akhir dari analisis data ini adalah melakukan pemeriksaan keabsahan dan kevaliditasan data dengan cara diskusi dengan teman, kakak angkatan atau bahkan orang yang dianggap mempunyai pemahaman dan pengetahuan lebih berkenaan dengan pokok permasalahan yang diambil dari penelitian yang telah dilakukan guna mendapatkan data yang tepat, akurat dan mudah untuk dipahami.


BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di daerah Rungkut tepatnya di Rungkut Harapan Surabaya. Berdasarkan kondisi dan keadaan di daerah tersebut disana terdapat sebuah LSM KBKI ( Kesatuan Buruh Kebangsaan Indonesia ) yaitu sebuah organisasi perburuhan yang merupakan wadah penyalur aspirasi serta memperjuangkan kepentingan para buruh dari setiap unit-unit kerja pada setiap perusahaan.
Berdasarkan keterangan ketua umum KBKI selama beliau memimpin belum pernah terdapat masalah yang sampai tidak bisa terpecahkan karena biasanya setiap masalah itu diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan musayawarah baik dengan sesama buruh, organisasi ataupun dengan para pengusaha, karena menurut beliau pada awalnya organisasi tersebut lebih fokus sebagai fasilitataor agar antara buruh dan dan pengusaha (pemilik perusahaan) terjalin kerjasama yang nyaman tanpa ada pihak yang saling dirugikan.


BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Sejarah Berdirinya KBKI (Kesatuan Buruh Kebangsaan Indonesia)
KBKI dibentuk pada tahun 1998 berdasarkan keputusan bersama organisasi buruh dari setiap unit-unit kerja pada perusahaan. Organisasi buruh pada setiap perusahaan awalnya didesak oleh para tenaga kerja yang bekerja pada setiap perusahaan karena pada saat itu banyak para tenaga kerja (buruh) yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat adanya krisis moneter yang kala itu melanda Indonesia.


Berikut ini merupakan AD ART Serikat Buruh :

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan
1. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahan maupun di luar perusahaan, yang bersifat betas, terbuka, mandiri, demokratis, danbettanggung jawab guna metnperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/ buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjafiuruh dan keluarganya.
2. Serikat pekerjalserikat buzuh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/ buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan.
3. Serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerja/serikat torah yang didirikan oleh para pekerjalburuh yang tidak bekerja di perusahaan.
4. Federasi serikat pekerjalserikat torah adalah gabungan serikat pekerja/serikat bumh.
5. Konfederasi serikat pekerja/serikat torah adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat bunch.
6. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dam bentuk lain.
7. Pengusaha adalah ;
a. orang perseorangan, perseluituan, atau badan hokum yang menjala.nkan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orapg perseorangan, persekutuan, atau badan hokum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hokum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
8. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbada hukum atau 6dak, milik orang perseorangan, persekutuar atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negar yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upa atau imbalan dalam bentuk lain.
9. Perselisihan antar serikat pekerja/antar serilrat buruh, fedem dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh adalal perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh, federasi da~ konfederasi serikat pekerja/serikat buruh, dan serikat pekerja serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serika buruh lain, karena tidak adanya persesuaian paham mengena keanggotaan serta pelaksanaan hak dan kewajiban keserika pekerjaan.
10. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.


BAB II
ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN
Pasa12
(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederas serikat pekerja/serikat buruh menerima Pancasila sebaga dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 sebaga konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederas serikat pekerja/serikat buruh mempunyai asas yang tidalk bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratls, dan bertanggung jawab.
Pasa14
(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh In keluarganya. '
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai funnsi :
a. sebagai pihak dalam pembuatan perjnnjian kerja
bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;
b. seb•agai wakil pekerjalburuh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang hannonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai_ dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam rnempetjuang¬kan hak dan kepentingan anggotanya;
e. sebagai perencana, pelaksana, dan penwiggung jawab pemogokan pekerjalburuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. sebagai w•akil pekerja/buruh daiam memperjuarigkan kepemilikan saham di penasahaan


BAB III
PEMBENTUKAN
Pasal 5
(1) Setiap pekerja buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
(2) Serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang¬kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.
Pasa16
(1) Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.
(2) Federasi serikat pekerjalserikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5 (hma) serikatpekerja/serikat bunih.
Pasal 7
(1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi serikat pekerja/serilcat buruh.
(2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikai buruh.
Pasal 8
Penjenjangan organisasi serikat pekerja/serikat buruh, federas dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalarr anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangganya.
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/ buruh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dwi pihalc manapun.
Pasal 10
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.
Pasal 11
(1) Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat :
a. nama dan lambang;
b. dasar negara, asas, dan tujuan;
c. tanggal pendirian;
d. tempat kedudukan;
e. keanggotaan dan kepengurusan;
f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dari
g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.


Visi Dan Misi KBKI
Adapun Visi dari organisasi KBKI adalah mengangkat derajat kaum buruh, membela kepentingan buruh, berusaha memenuhi harkat,martabat dan kesejahteraan social kaum buruh.
Sedangkan misi dari organisasi KBKI adalah melakukan penelitian-penelitian kondisi-kondisi perburuhan pada 1998 (pada sat awal pembentukan KBKI), melakukan penelitia-penelitian mengenai kondisi-kondisi ketenaga kerjaan pada tahun 1998.
Filsafat Teori
Adapun filsafat teori yang digunakan oleh organisasi KBKI adalah teori Elton Mayo (1960) yang menerangkan bahwa “semakin baik hubungan buruh dengan majikan, semakin baik hasil produksi dan sebaliknya jika semakin kurang baik hubungtan buruh dan majikan maka kurang semakin kurang baik pula hasil produksi”.
Adapun inti dari teori ini adalah agar buruh itu mencapai kesejahteraan yang baik maka mereka juga harus meningkatkan produksi pada setiap perusahaan tempat mereka bekerja. Selain itu Organisasi ini menerapkan hubungan industrial pancasila yang berarti bahwa organisasi ini merupakan hubungan mitra kerja yang dilandasi nilai-nilai luhur dari pancasila dalam hubungan antara majikan dengan buruh.
Temuan Data
Organisasi KBKI ini memberikan pengarahan pada setiap unit-unit kerja diperusahaan bahwa sebaiknya buruh dan majikan menjadi mitra kerja yang baik sehingga terjalin kerjasama yang baik pula tanpa ada pihak yang merasa dirugikan, selain itu pengarahan ini juga dapat mendorong lancarnya proses produksi pada setiap perusahaan sehingga nantinya kesejahteraan buruh bisa tercapai.
Sebelum melakukan pengarahan pada setiap unit-unit kerja di perusahaan, organisasi ini melakukan upaya memetakan keadaan buruh pada saat itu guna mempermudah untuk memberikan masukan-masukan yang berguna bagi para buruh.
Selama ini belum pernah ada konflik yang terjadi pada organisasi ini, baik konflik antara buruh dengan buruh, buruh denagn pemilik perusahan maupun buruh dengan pihak LSM. Kalaupun ada konflik biasanya terjadi di dalam antar organisasi buruh pada setiap perusahaan karena organisasi tersebut biasanya rebutan dalam perekrutan massa disetiap unit-unit kerja perusahaan.
Untuk menanggulangi adanya konflik antar organisasi buruh pada setiap perusahaan maka KBKI membina kerja sama dengan mereka guna tidak terjadi perpecahan, dan biasanya hal itu diselesaikan secara kekeluargaan tanpa melibatkan pihak yang berwenang.
Adapun proses perekrutan massa pada organisasi KBKI, awalnya KBKI menyebarkan visi dan misi organisasi mereka pada unit-unit kerja setiap perusahaan jika ada buruh yang setuju dengan visi dan misi tersebut serta asas dan tujuan organisasi itu maka mereka dapat mendaftarkan diri lewat unit-unit kerja masing-masing.
Sedangkan dana dalam organisasi ini di peroleh dari sumbangan para pengurus KBKI, karena para pengurus sulit untuk menarik iuran dari para anggota, dan mereka sadar kalau para anggotanya tidak memungkinkan untuk ditarik iuran karena penghasilan mereka yang minim. Jangankan untuk iuran, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka juga kesulitan.
Apabila ada konfrensi di daerah makam dana untuk keperluan konfrensi tersebut biasanya merupakan sumbangan dari para pengurus. Berdasarkan surat keputusan dana tiap bulan itu ada tetapi pada prakteknya itu tidak pernah terlaksana. Jadi pada intinya apabiala ada kegiatan dalam organisasi tersebut mereka mengadakan sumbangan untuk keperluan kegiatan tersebut dan sumbangan tiap bulan itu tidak berlaku.


BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulannya adalah bahwa KBKI merupakan fisilitatator dalam mengatasi masalah buruh dalam setiap unit-unit kerja pada setiap perusahaan guna membantu menyejahterakan kehidupan mereka agar lebih baik. Selain itu Organisasi ini berguna untuk untuk membantu menanggulangi konflik yang terjadi baik antar sesama buruh, buruh dengan pemilik perusahaan maupun antara organisasi dengan pemilik perusahan.
B. Saran
Untuk peneliti selanjutnya hendaknya lebih fokus pada obyek penelitian, karena kami selaku peneliti menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna jadi apabila ada kritik maupun saran kami terima dengan tangan terbuka demi kesempurnaan laporan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anam, Miftahul, 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan Aksi Mogok Kerja dan Peranan Unit Kerja SPSI dalam Memperjuangkan Aspirasi Buruh. Skripsi. FISIP UNAIR.
Septi, Fatimah. 2005. Pola konsumsi Buruh Pabrik Migran Pria : Studi Deskiptif mengenai Buruh Pabrik Pria di Kawasan Industri SIER. Skripsi. FIS UNESA.
Franz Magnis Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revionis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11.
Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Jilid I. Halaman 155.


Catatan Lapangan (Field Note)

Hari / Tanggal : Jumat / 31 Oktober 2008
Pukul : 10.00-11.00 WIB
Nama Subyek Penelitian : Mbak Tik
Usia : 25 Tahun
Alamat : Rungkut Harapan

Subyek / peristiwa :
Wawancara ketika subyek berada di rumah

Catatan
Mbak Tik adalah cucu dari Bapak M.Ali (M.Ali adalah ketua Kebangkitan Buruh Kesatuan Indonesia Surabaya). Ketika kami melakukan wawancara, kebetulan bapak Ali sedang pergi ke Solo sehingga kami hanya melakukan wawancara dengan mbak Tik.
“Saya ini cucunya mbak,,bapak Alinya sedang pergi keluar kota (solo), saya tidak tau kapan beliau datang”.
Ketika subyek diwawancara memang menyatakan adanya suatu kebenaran bahwa memang ada beberapa perwakilan buruh dari setiap perusahaan yang datang kepada bapak Ali untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dialami buruh di tempat mereka bekerja.
“Memang benar mbak kadang-kadang banyak orang (buruh) datang kesini mencari bapak Ali untuk mengeluhkan masalah yang sedang mereka hadapi, rata-rata dari mereka masih muda,sepertinya mereka bekerja didaerah pabrik dekat daerah sini mbak, tapi saya kurang tau mereka bekerja dimana,,”.
Beberapa masalah yang biasa mereka hadapi yaitu misalnya mogok kerja buruh dikarenakan masalah upah, komunikasi yang bersifat top-down antara pengusaha dan majikan (dalam arti pengusaha mengabaikan keluhan dari buruh) dan upah menjadi tuntutan ekonomi yang harus diperjuangkan oleh buruh maupun organisasi buruh.
“setau saya keluhan mereka itu ya masalah pekerjaan, ada yang mogok kerja, karena upah yang didapat tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, dari itu biasanya mereka mendiskusikannya dengan kakek saya (bapak Ali) tapi mengenai pembicaraan lengkapnya saya kurang tau pasti mbak”.
Apabila tuntutan upah yang layak tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka buruh harus rela mengurangi kebutuhan hidup mereka, sehingga dengan keadaan yang seperti itu mereka semakin terjepit terutama berkenaan dengan minimnya upah yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka apalagi mereka hidup dikota besar seperti Surabaya.
Pada prinsipnya buruh memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan praktis. Setiap buruh mempunyai pola konsumsi yang berbeda sehingga nantinya para buruh harus menyesuaikan pola konsumsi tersebut dengan upah yang diterima.

Adanya penyesuaian pola konsumsi tersebut menyebabkan kesejahteraan buruh berkurang. Akibat adanya penuntutan kesejahteraan itulah, para buruh melakukan adanya suatu gerakan yang memprotes kebijakan yang dilakukan oleh pemilik dimana mereka bekerja.
“para buruh itu datang kesini biasanya juga membicarakan masalahnya dengan sedikit emosi mbak,,tidak jarang kedengaran seperti sedang berdebat dengan kakek saya, karena kebetulan ruang kerja kakek saya dekat dengan ruang tamu”.

Catatan Lapangan (Field Note)

Hari / Tanggal : Selasa 11 November 2008
Pukul : 10.00-11.45 WIB
Nama Subyek Penelitian : Prof. M Ali (ketua umum KBKI)
Usia : 68 Tahun
Alamat : Rungkut Harapan

Subyek/Peristiwa :
Wawancara ketika subyek berada di kampus Lidah FIP

Catatan :
Prof. M Ali adalah seorang ketua umum KBKI sekaligus dosen di UNESA tepatnya di kampus lidah wetan, selain itu beliau pernah menjabat sebagai ketua MPR periode tahun 1999-2004 pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri.
“Saya pernah menjadi anggota MPR pada masa pemerintahan Ibu Mega yaitu pada tahun 1999-2004 yang lalu, jadi biasanya tinggal di Jakarta-Surabaya”.
Pada tahun 2000 beliau dikirim oleh perwakilan lembaga buruh seindonesia ke jepang untuk meninjau hubungan industri beberapa perusahan jepang tepatnya di Tokyo, pada saat itu beliau masih menjadi anggota MPR.
“Dulu pada tahun 2000 juga pernah ke Jepang mewakili lembaga buruh se Indonesia untuk meninjau hubungan industri beberapa perusahan jepang tepatnya di Tokyo, dan pada bulan Juni saya juga dikirim ke Jenewa sebagai advisor ILO”.
Pada bulan juni tahun 2000 beliau juga dikirim ke Jenewa sebagai advisor ILO (International Labor Organizatiaon) karena beliau telah berhasil menjadi ketua umum KBKI.
Menurut beliau organisasi KBKI menerapakan hubungan industrial pancasila, dimana artinya itu membina hubungan mitra kerja antara pemilik perusahan denagn para buruh yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur dari pansila dan UUD 1945.
“KBKI ini menerapkan hubungan industrial pancasila dan dalam organisasi ini saya selaku ketua umum lebih menekankan pada pemakaian teori Elto Mayo”.
Dalam organisasi ini menggunakan teori Elton Mayo yang intinya kesejahteraan buruh baik/naik apabila hubungannya dengan pemilik perusahaan juga baik serta hasil produksi yang dihasilkan juga baik.
Menurut beliau dalam organisasi ini tidak terdapat konflik, tetapi konflik ini malah terjadi pada organisasi dari tiap-tiap unit di perusahan, dan dalam proses penyelesaiannya biasanya melalui jalan kekeluargaan tanpa melibatkan pihak yang berwajib.

Jumat, 31 Oktober 2008

Field Note

Catatan Lapangan (Field Note)
Hari / Tanggal : Jumat / 31 Oktober 2008
Pukul : 10.00-11.00 WIB
Nama Subyek Penelitian : Mbak Tik
Usia : 25 Tahun
Alamat : Rungkut Harapan

Subyek / peristiwa :
Wawancara ketika subyek berada di rumah

Catatan
Mbak Tik adalah cucu dari Bapak M.Ali (M.Ali adalah ketua Kebangkitan Buruh Kesatuan Indonesia Surabaya). Ketika kami melakukan wawancara, kebetulan bapak Ali sedang pergi ke Solo sehingga kami hanya melakukan wawancara dengan mbak Tik.
“Saya ini cucunya mbak,,bapak Alinya sedang pergi keluar kota (solo), saya tidak tau kapan beliau datang”.
Ketika subyek diwawancara memang menyatakan adanya suatu kebenaran bahwa memang ada beberapa perwakilan buruh dari setiap perusahaan yang datang kepada bapak Ali untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dialami buruh di tempat mereka bekerja.
“Memang benar mbak kadang-kadang banyak orang (buruh) datang kesini mencari bapak Ali untuk mengeluhkan masalah yang sedang mereka hadapi, rata-rata dari mereka masih muda,sepertinya mereka bekerja didaerah pabrik dekat daerah sini mbak, tapi saya kurang tau mereka bekerja dimana,,”.
Beberapa masalah yang biasa mereka hadapi yaitu misalnya mogok kerja buruh dikarenakan masalah upah, komunikasi yang bersifat top-down antara pengusaha dan majikan (dalam arti pengusaha mengabaikan keluhan dari buruh) dan upah menjadi tuntutan ekonomi yang harus diperjuangkan oleh buruh maupun organisasi buruh.
“setau saya keluhan mereka itu ya masalah pekerjaan, ada yang mogok kerja, karena upah yang didapat tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, dari itu biasanya mereka mendiskusikannya dengan kakek saya (bapak Ali) tapi mengenai pembicaraan lengkapnya saya kurang tau pasti mbak”.

Apabila tuntutan upah yang layak tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka buruh harus rela mengurangi kebutuhan hidup mereka, sehingga dengan keadaan yang seperti itu mereka semakin terjepit terutama berkenaan dengan minimnya upah yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka apalagi mereka hidup dikota besar seperti Surabaya.
Pada prinsipnya buruh memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan praktis. Setiap buruh mempunyai pola konsumsi yang berbeda sehingga nantinya para buruh harus menyesuaikan pola konsumsi tersebut dengan upah yang diterima.
Adanya penyesuaian pola konsumsi tersebut menyebabkan kesejahteraan buruh berkurang. Akibat adanya penuntutan kesejahteraan itulah, para buruh melakukan adanya suatu gerakan yang memprotes kebijakan yang dilakukan oleh pemilik dimana mereka bekerja.

“para buruh itu datang kesini biasanya juga membicarakan masalahnya dengan sedikit emosi mbak,,tidak jarang kedengaran seperti sedang berdebat dengan kakek saya, karena kebetulan ruang kerja kakek saya dekat dengan ruang tamu”.

Senin, 20 Oktober 2008

Prop_Gersos

PROPOSAL PENELITIAN

GERAKAN SOSIAL

GERAKAN SOSIAL : ( STUDI KASUS GERAKAN BURUH PABRIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN HIDUPNYA

DI RUNGKUT-SURABAYA )


Disusun Oleh :

1.Hairatut Taqiyah ( 064564001 )

2.Aprillia Sakrawati ( 064564026 )

3.Raisa P.B Nadeak ( 064564015 )

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai sektor menyokong perekonomian Indonesia, diantaranya: sektor agraris, industri, perdagangan, perbankan, permukiman dan perhotelan. Sektor-sektor tersebut mempunyai kontribusi masing-masing, termasuk sektor industri juga. Industri di Indonesia berkembang cukup pesat. Perkembangan industri yang cukup pesat menyebabkan industri sering terjadi konflik, yaitu antara pengusaha atau pemilik modal dengan buruh1. Konflik itu biasanya seperti tuntutan buruh mengenai Upah Minimum Kabupaten atau Kota (UMK) dan Upah Minimum Propinsi (UMP) pada setiap tahun.

Gejolak industri yang dipicu oleh pro-kontra UMK atau UMP terjadi di berbagai daerah dan kota-kota besar di Indonesia khususnya di Jawa. Unjuk rasa dilakukan buruh tidak hanya pada saat menuntut kenaikan UMK, tetapi juga saat merespon rencana pemerintah untuk merevisi Undang-Undang Nomor 13 tentang ketenagakerjaan yang isinya berpengaruh pada pengurangan hak pesangon PHK.

Reaksi buruh yang telah disebutkan di atas terjadi di beberapa daerah yang merupakan kantong-kantong buruh. Gerakan buruh terjadi di sejumlah daerah dalam rangka menuntut kenaikan UMK atau UMP tersebut telah melumpuhkan beberapa industri untuk sementara waktu. Aksi buruh tentang ketenagakerjaan tentunya tidak dapat dilakukan secara spontan. Dalam melakukan aksi tersebut, masing-masing organisasi tentunya mempunyai pandangan atau nilai-nilai yang dijadikan landasan dalam melakukan gerakan. Pandangan atau nilai-nilai itulah yang kemudian disebut dengan ideologi. Ideologi dalam gerakan buruh digunakan untuk membangkitkan kesadaran kelas para buruh.

Dalam beberapa momentum, buruh melakukan gerakan untuk memperjuangkan hak-haknya sehingga tidak jarang para buruh juga melakukan aliansi dalam gerakannya. Jika majikan atau pemilik modal tidak menyanggupi permintaan para buruh, biasanya para buruh akan melakukan mogok kerja.

Dalam penelitian Anam (1998), menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya mogok kerja di kalangan buruh2. Anam mengambil lokasi penelitian pada PT. Nusantara Prima Gresik sebagai studi kasus. Faktor-faktor mogok kerja buruh dikarenakan masalah upah, komunikasi yang bersifat top-down antara pengusaha dan majikan (dalam arti pengusaha mengabaikan keluhan dari buruh) dan keberadaan Unit Kerja SPSI di PT. Nusantara Prima Gresik yang kurang dapat menempatkan posisinya sebagai wakil buruh dikarenakan pengurus SPSI tidak murni diangkat oleh buruh melainkan masih ada campur tangan dari pengusaha.

Seperti yang telah dikatakan di atas, upah menjadi tuntutan ekonomi yang harus diperjuangkan oleh buruh maupun organisasi buruh. Apabila tuntutan upah yang layak tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka buruh harus rela mengurangi kebutuhan hidup mereka. Pada penelitian Septi (2005)3, pada prinsipnya buruh memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan praktis. Setiap buruh mempunyai pola konsumsi

yang berbeda sehingga nantinya para buruh harus menyesuaikan pola konsumsi tersebut dengan upah yang diterima. Adanya penyesuaian pola konsumsi tersebut menyebabkan kesejahteraan buruh berkurang. Akibat adanya penuntutan kesejahteraan itulah, para buruh melakukan adanya suatu gerakan yang memprotes kebijakan yang dilakukan oleh pemilik tempat mereka bekerja.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya?
  2. Bagaimana solusi yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan mereka yang rendah ?

C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
  2. Untuk mengetahui solusi apa yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan hidupnya.

D. Manfaat Penelitian

Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan tentang gerakan buruh dalam upaya memperbaiki kesejahteraan hidupnya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat berkenaan dengan media yang digunakan serta dapat mempermudah memahami berbagai macam gerakan buruh yang ada di Indonesia.

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam sebuah gerakan, ideologi sangat diperlukan untuk memunculkan kesadaran kolektif. Ideologi mempunyai fungsi sebagai landasan perjuangan dalam suatu gerakan. Berikut akan dijelaskan ideologi gerakan buruh diantaranya melalui pemikiran Karl Marx. Karl Marx menjelaskan bahwa dalam sistem selalu terjadi ketegangan atau konflik, contohnya dalam sistem industri. Pada masyarakat industri (kapitalis), kelas terbagi menjadi dua yaitu kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (buruh). Adanya pembagian kelas ini didasarkan oleh corak produksi (mode of production)4. Kelas borjuis sebagai pemilik modal dan alat produksi sedangkan kelas proletar sebagai kelas pekerja atau buruh.

Uraian kelas yang disampaikan oleh Marx hampir sama seperti yang disampaikan oleh Eric Wright, hanya saja Wright mengatakan ada tiga pembagian kelas. Erick Wright5 melihat struktur kelas masyarakat kapitalis industri terdiri dari kelas borjuasi (terdiri dari pemilik modal utama), kelas proletar (terdiri dari mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada kelas kapitalis) dan kelas petty borjuasi (kelas ini beranggotakan para pengusaha kecil dan pengrajin yang tidak mempunyai karyawan, tidak mengeksploitasi tenaga kerja dan tidak mendominasi apapun dalam hierarki kewenangan).

Seluruh pemikiran Marx berdasarkan pada anggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat ialah kelas-kelas sosial6. Kelas dipahami sebagai kelompok sosial yang diorganisasikan oleh bentuk-bentuk kepemilikan modal. Sistem kepemilikan modal, mempengaruhi hubungan produksi. Kelas melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah tentang kapitalisme dan sosialisme. Teori kelas termuat secara implisit dalam semua teori Marx yang eksplisit. Secara implisit Marx menyebut bahwa semua masyarakat yang ada sampai sekarang ialah karena sejarah perjuangan kelas. Kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam produksi.

Menurut Marx, pelaku-pelaku utama dalam perubahan sosial bukan individu-individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan ialah bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan, melainkan bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka. Menurut Marx, akan terlihat bahwa dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Kelas pemilik ialah kelas yang kuat sedangkan kelas pekerja ialah kelas yang lemah. Para pemilik dapat menetapkan syarat-syarat bagi mereka yang mau bekerja dan bukan sebaliknya. Kaum buruh terpaksa menerima upah dan syarat lainnya yang diberikan oleh pemilik, meskipun untuk mendapatkan pekerjaan itu ia telah berusaha mati-matian. Pada hubungan produksi, yang berkuasa ialah pemilik, sedangkan pihak yang dikuasai ialah pekerja. Buruh diberi pekerjaan bila ia bekerja untuk keuntungan pemilik. Pekerjaan yang melebihi waktu yang diperlukan buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan keuntungan pemilik sehingga hubungan antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya ialah hubungan eksploitasi atau penghisapan7.

Kelas pemilik hidup dari penghisapan (eksploitasi) tenaga kerja buruh. Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah merupakan hubungan kekuasaan antara satu berkuasa atas yang lainnya. Kekuasaan pada hakikatnya berdasarkan kemampuan majikan meniadakan kesempatan buruh untuk bekerja dan memperoleh nafkah dan menindas keinginan buruh untuk menguasai pekerjaan mereka sendiri.

Menurut Marx, setiap kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingan yang ditentukan oleh situasi objektif. Kelas majikan mengakumulasikan laba sebanyak-banyaknya karena dengan cara itulah mereka dapat bertahan hidup dalam persaingan pasar bebas, karena majikan menekan biaya tenaga kerja buruh sehingga menjadi lebih murah. Sebaliknya kelas buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah sebanyak-banyaknya sehingga nantinya kelihatan bahwa secara objektif kepentingan dua kelas tersebut bertentangan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai bagaimana gerakan buruh itu terjadi dalam masyarakat, Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makana (interpretatif understanding) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta untuk memahami apa dan bagaimana suatu peristiwa tersebut dapat timbul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat sehari – hari.

Adapun tujuan pendekatan fenomenologi adalah untuk dapat menggambarkan perilaku – perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Dalam hal ini subjek ditempatkan sebagai individu yang bebas dan kreatif dalam mengkontruksi dunianya. Peneliti akan berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana suatu pengartian yang dikembangakan oleh para subjek disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 di Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena letaknya cukup strategis dan dekat dengan jalan raya serta mudah dijangkau baik dari segi waktu maupun biaya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang ” Gerakan Buruh Pabrik Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Hidupnya di Rungkut-Surabaya “.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah buruh pabrik didaerah Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti mengambil daerah tersebut karena diasumsikan bisa menggambarkan gerakan buruh pabrik dalam hal meningkatkan kesejahteraan hidupnya berkenaan dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya.

Subjek penelitian ini lebih ditujukan kepada pihak–pihak yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai pokok permasalahan yang diambil di daerah tersebut, Khususnya bagi mareka yang tercatat sebagai buruh yang bekerja di pabrik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu data primer sdan data sekunder. Penggalian data primer menggunakan teknik participant observert dan in-dept interview. Tujuan menggunakan in-dept interview (wawancara mendalam)adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung dimana peneliti langsung dihadapkan pada lapangan. Langkah – langkah yang akan dilakukan oleh peneliti agar dapat melakukan teknik in-dept interview adalah dengan cara pendekatan dan mengakrabkan diri terhadap subjek penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu disekitar lokasi penelitian melihat kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik misalnya keadaan sosial masyarakat setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi daerah tersebut dan foto – foto sebagai bahan dokumentasi serta data yang ditemukan dicatat kedalam field note (catatan lapangan).

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitia ini akan dilakukan dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan data yang telah diperoleh. Tujuan pokok penelitian ini adalah menjawab pertanyaan dengan menggunakanmetode wawancara mendalam (in-dept interview) sehingga dapat membedakan masyarakat yang akan diteliti.

Setelah data diperoleh kemudian melakukan reduksi data dengan cara membuat abstrksi kemudian dilakukan penafsiran data yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan kajian teori yang telah disusun sebelumnya.

Adapun tahap akhir dari analisis data ini adalah melakukan pemeriksaan keabsahan dan kevaliditasan data dengan cara diskusi dengan teman, kakak angkatan atau bahkan orang yang dianggap mempunyai pemahaman dan pengetahuan lebih berkenaan dengan pokok permasalahan yang diambil dari penelitian yang telah dilakukan guna mendapatkan data yang tepat, akurat dan mudah untuk dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Miftahul, 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan Aksi Mogok Kerja dan Peranan Unit Kerja SPSI dalam Memperjuangkan Aspirasi Buruh. Skripsi. FISIP UNAIR.

Septi, Fatimah. 2005. Pola konsumsi Buruh Pabrik Migran Pria : Studi Deskiptif mengenai Buruh Pabrik Pria di Kawasan Industri SIER. Skripsi. FIS UNESA.

Franz Magnis Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revionis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11.

Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Jilid I. Halaman 155.



1 “Buruh” dan “pekerja”dipakai oleh organisasi yang berbeda. Istilah “pekerja” digunakan oleh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang berdiri pada era Soeharto. Kata “buruh” digunakan oleh organisasi yang berusaha melawan dominasi SPSI. Pemilihan kata “buruh” dianggap lebih bisa mewakili organisasi yang ada.

2 Anam, Miftahul. 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan Aksi Mogok Kerja dan Peranan Unit Kerja SPSI dalam Memperjuangkan Aspirasi Buruh. Skripsi. FISIP UNAIR.

3 Septi, Fatimah. 2005. Pola konsumsi Buruh Pabrik Migran Pria : Studi Deskiptif mengenai Buruh Pabrik Pria di Kawasan Industri SIER. Skripsi. FIS UNESA.

4 Franz Magnis Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revionis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11

6 Franz Magnis Suseno. Loc.Cit.

7 Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Jilid I. Halaman 155.