Senin, 20 Oktober 2008

Prop_Gersos

PROPOSAL PENELITIAN

GERAKAN SOSIAL

GERAKAN SOSIAL : ( STUDI KASUS GERAKAN BURUH PABRIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN HIDUPNYA

DI RUNGKUT-SURABAYA )


Disusun Oleh :

1.Hairatut Taqiyah ( 064564001 )

2.Aprillia Sakrawati ( 064564026 )

3.Raisa P.B Nadeak ( 064564015 )

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai sektor menyokong perekonomian Indonesia, diantaranya: sektor agraris, industri, perdagangan, perbankan, permukiman dan perhotelan. Sektor-sektor tersebut mempunyai kontribusi masing-masing, termasuk sektor industri juga. Industri di Indonesia berkembang cukup pesat. Perkembangan industri yang cukup pesat menyebabkan industri sering terjadi konflik, yaitu antara pengusaha atau pemilik modal dengan buruh1. Konflik itu biasanya seperti tuntutan buruh mengenai Upah Minimum Kabupaten atau Kota (UMK) dan Upah Minimum Propinsi (UMP) pada setiap tahun.

Gejolak industri yang dipicu oleh pro-kontra UMK atau UMP terjadi di berbagai daerah dan kota-kota besar di Indonesia khususnya di Jawa. Unjuk rasa dilakukan buruh tidak hanya pada saat menuntut kenaikan UMK, tetapi juga saat merespon rencana pemerintah untuk merevisi Undang-Undang Nomor 13 tentang ketenagakerjaan yang isinya berpengaruh pada pengurangan hak pesangon PHK.

Reaksi buruh yang telah disebutkan di atas terjadi di beberapa daerah yang merupakan kantong-kantong buruh. Gerakan buruh terjadi di sejumlah daerah dalam rangka menuntut kenaikan UMK atau UMP tersebut telah melumpuhkan beberapa industri untuk sementara waktu. Aksi buruh tentang ketenagakerjaan tentunya tidak dapat dilakukan secara spontan. Dalam melakukan aksi tersebut, masing-masing organisasi tentunya mempunyai pandangan atau nilai-nilai yang dijadikan landasan dalam melakukan gerakan. Pandangan atau nilai-nilai itulah yang kemudian disebut dengan ideologi. Ideologi dalam gerakan buruh digunakan untuk membangkitkan kesadaran kelas para buruh.

Dalam beberapa momentum, buruh melakukan gerakan untuk memperjuangkan hak-haknya sehingga tidak jarang para buruh juga melakukan aliansi dalam gerakannya. Jika majikan atau pemilik modal tidak menyanggupi permintaan para buruh, biasanya para buruh akan melakukan mogok kerja.

Dalam penelitian Anam (1998), menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya mogok kerja di kalangan buruh2. Anam mengambil lokasi penelitian pada PT. Nusantara Prima Gresik sebagai studi kasus. Faktor-faktor mogok kerja buruh dikarenakan masalah upah, komunikasi yang bersifat top-down antara pengusaha dan majikan (dalam arti pengusaha mengabaikan keluhan dari buruh) dan keberadaan Unit Kerja SPSI di PT. Nusantara Prima Gresik yang kurang dapat menempatkan posisinya sebagai wakil buruh dikarenakan pengurus SPSI tidak murni diangkat oleh buruh melainkan masih ada campur tangan dari pengusaha.

Seperti yang telah dikatakan di atas, upah menjadi tuntutan ekonomi yang harus diperjuangkan oleh buruh maupun organisasi buruh. Apabila tuntutan upah yang layak tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka buruh harus rela mengurangi kebutuhan hidup mereka. Pada penelitian Septi (2005)3, pada prinsipnya buruh memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan praktis. Setiap buruh mempunyai pola konsumsi

yang berbeda sehingga nantinya para buruh harus menyesuaikan pola konsumsi tersebut dengan upah yang diterima. Adanya penyesuaian pola konsumsi tersebut menyebabkan kesejahteraan buruh berkurang. Akibat adanya penuntutan kesejahteraan itulah, para buruh melakukan adanya suatu gerakan yang memprotes kebijakan yang dilakukan oleh pemilik tempat mereka bekerja.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya?
  2. Bagaimana solusi yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan mereka yang rendah ?

C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bagaimana upaya buruh pabrik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
  2. Untuk mengetahui solusi apa yang diperoleh para buruh dalam mengatasi kesejahteraan hidupnya.

D. Manfaat Penelitian

Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan tentang gerakan buruh dalam upaya memperbaiki kesejahteraan hidupnya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat berkenaan dengan media yang digunakan serta dapat mempermudah memahami berbagai macam gerakan buruh yang ada di Indonesia.

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam sebuah gerakan, ideologi sangat diperlukan untuk memunculkan kesadaran kolektif. Ideologi mempunyai fungsi sebagai landasan perjuangan dalam suatu gerakan. Berikut akan dijelaskan ideologi gerakan buruh diantaranya melalui pemikiran Karl Marx. Karl Marx menjelaskan bahwa dalam sistem selalu terjadi ketegangan atau konflik, contohnya dalam sistem industri. Pada masyarakat industri (kapitalis), kelas terbagi menjadi dua yaitu kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (buruh). Adanya pembagian kelas ini didasarkan oleh corak produksi (mode of production)4. Kelas borjuis sebagai pemilik modal dan alat produksi sedangkan kelas proletar sebagai kelas pekerja atau buruh.

Uraian kelas yang disampaikan oleh Marx hampir sama seperti yang disampaikan oleh Eric Wright, hanya saja Wright mengatakan ada tiga pembagian kelas. Erick Wright5 melihat struktur kelas masyarakat kapitalis industri terdiri dari kelas borjuasi (terdiri dari pemilik modal utama), kelas proletar (terdiri dari mereka yang tidak memiliki modal dan bekerja pada kelas kapitalis) dan kelas petty borjuasi (kelas ini beranggotakan para pengusaha kecil dan pengrajin yang tidak mempunyai karyawan, tidak mengeksploitasi tenaga kerja dan tidak mendominasi apapun dalam hierarki kewenangan).

Seluruh pemikiran Marx berdasarkan pada anggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat ialah kelas-kelas sosial6. Kelas dipahami sebagai kelompok sosial yang diorganisasikan oleh bentuk-bentuk kepemilikan modal. Sistem kepemilikan modal, mempengaruhi hubungan produksi. Kelas melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah tentang kapitalisme dan sosialisme. Teori kelas termuat secara implisit dalam semua teori Marx yang eksplisit. Secara implisit Marx menyebut bahwa semua masyarakat yang ada sampai sekarang ialah karena sejarah perjuangan kelas. Kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam produksi.

Menurut Marx, pelaku-pelaku utama dalam perubahan sosial bukan individu-individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Yang harus diperhatikan ialah bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan, melainkan bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka. Menurut Marx, akan terlihat bahwa dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Kelas pemilik ialah kelas yang kuat sedangkan kelas pekerja ialah kelas yang lemah. Para pemilik dapat menetapkan syarat-syarat bagi mereka yang mau bekerja dan bukan sebaliknya. Kaum buruh terpaksa menerima upah dan syarat lainnya yang diberikan oleh pemilik, meskipun untuk mendapatkan pekerjaan itu ia telah berusaha mati-matian. Pada hubungan produksi, yang berkuasa ialah pemilik, sedangkan pihak yang dikuasai ialah pekerja. Buruh diberi pekerjaan bila ia bekerja untuk keuntungan pemilik. Pekerjaan yang melebihi waktu yang diperlukan buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan keuntungan pemilik sehingga hubungan antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya ialah hubungan eksploitasi atau penghisapan7.

Kelas pemilik hidup dari penghisapan (eksploitasi) tenaga kerja buruh. Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah merupakan hubungan kekuasaan antara satu berkuasa atas yang lainnya. Kekuasaan pada hakikatnya berdasarkan kemampuan majikan meniadakan kesempatan buruh untuk bekerja dan memperoleh nafkah dan menindas keinginan buruh untuk menguasai pekerjaan mereka sendiri.

Menurut Marx, setiap kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingan yang ditentukan oleh situasi objektif. Kelas majikan mengakumulasikan laba sebanyak-banyaknya karena dengan cara itulah mereka dapat bertahan hidup dalam persaingan pasar bebas, karena majikan menekan biaya tenaga kerja buruh sehingga menjadi lebih murah. Sebaliknya kelas buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah sebanyak-banyaknya sehingga nantinya kelihatan bahwa secara objektif kepentingan dua kelas tersebut bertentangan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai bagaimana gerakan buruh itu terjadi dalam masyarakat, Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makana (interpretatif understanding) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta untuk memahami apa dan bagaimana suatu peristiwa tersebut dapat timbul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat sehari – hari.

Adapun tujuan pendekatan fenomenologi adalah untuk dapat menggambarkan perilaku – perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Dalam hal ini subjek ditempatkan sebagai individu yang bebas dan kreatif dalam mengkontruksi dunianya. Peneliti akan berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana suatu pengartian yang dikembangakan oleh para subjek disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 di Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena letaknya cukup strategis dan dekat dengan jalan raya serta mudah dijangkau baik dari segi waktu maupun biaya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang ” Gerakan Buruh Pabrik Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Hidupnya di Rungkut-Surabaya “.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah buruh pabrik didaerah Rungkut-Surabaya. Alasan peneliti mengambil daerah tersebut karena diasumsikan bisa menggambarkan gerakan buruh pabrik dalam hal meningkatkan kesejahteraan hidupnya berkenaan dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya.

Subjek penelitian ini lebih ditujukan kepada pihak–pihak yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai pokok permasalahan yang diambil di daerah tersebut, Khususnya bagi mareka yang tercatat sebagai buruh yang bekerja di pabrik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu data primer sdan data sekunder. Penggalian data primer menggunakan teknik participant observert dan in-dept interview. Tujuan menggunakan in-dept interview (wawancara mendalam)adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung dimana peneliti langsung dihadapkan pada lapangan. Langkah – langkah yang akan dilakukan oleh peneliti agar dapat melakukan teknik in-dept interview adalah dengan cara pendekatan dan mengakrabkan diri terhadap subjek penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu disekitar lokasi penelitian melihat kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik misalnya keadaan sosial masyarakat setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi daerah tersebut dan foto – foto sebagai bahan dokumentasi serta data yang ditemukan dicatat kedalam field note (catatan lapangan).

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitia ini akan dilakukan dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan data yang telah diperoleh. Tujuan pokok penelitian ini adalah menjawab pertanyaan dengan menggunakanmetode wawancara mendalam (in-dept interview) sehingga dapat membedakan masyarakat yang akan diteliti.

Setelah data diperoleh kemudian melakukan reduksi data dengan cara membuat abstrksi kemudian dilakukan penafsiran data yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan kajian teori yang telah disusun sebelumnya.

Adapun tahap akhir dari analisis data ini adalah melakukan pemeriksaan keabsahan dan kevaliditasan data dengan cara diskusi dengan teman, kakak angkatan atau bahkan orang yang dianggap mempunyai pemahaman dan pengetahuan lebih berkenaan dengan pokok permasalahan yang diambil dari penelitian yang telah dilakukan guna mendapatkan data yang tepat, akurat dan mudah untuk dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Miftahul, 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan Aksi Mogok Kerja dan Peranan Unit Kerja SPSI dalam Memperjuangkan Aspirasi Buruh. Skripsi. FISIP UNAIR.

Septi, Fatimah. 2005. Pola konsumsi Buruh Pabrik Migran Pria : Studi Deskiptif mengenai Buruh Pabrik Pria di Kawasan Industri SIER. Skripsi. FIS UNESA.

Franz Magnis Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revionis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11.

Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Jilid I. Halaman 155.



1 “Buruh” dan “pekerja”dipakai oleh organisasi yang berbeda. Istilah “pekerja” digunakan oleh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang berdiri pada era Soeharto. Kata “buruh” digunakan oleh organisasi yang berusaha melawan dominasi SPSI. Pemilihan kata “buruh” dianggap lebih bisa mewakili organisasi yang ada.

2 Anam, Miftahul. 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan Aksi Mogok Kerja dan Peranan Unit Kerja SPSI dalam Memperjuangkan Aspirasi Buruh. Skripsi. FISIP UNAIR.

3 Septi, Fatimah. 2005. Pola konsumsi Buruh Pabrik Migran Pria : Studi Deskiptif mengenai Buruh Pabrik Pria di Kawasan Industri SIER. Skripsi. FIS UNESA.

4 Franz Magnis Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revionis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11

6 Franz Magnis Suseno. Loc.Cit.

7 Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Jilid I. Halaman 155.

10 komentar:

GeRaS_06 mengatakan...

nama : heri Saputro / 064564024

geras2006.blogspot.com

Herisos_024@yahoo.co.uk

dalam penggalian data kelompok saudara menggunakan partisipant observed. pertanyaan saya adalah pertama, bagaimana bentuk partisipasi kelompok saudara dalam menggali data di lapangan. kedua, apakah anggota kelompok saudara pernah bekerja di Industri di daerah yang saudara teliti. seharusnya, data dari bentuk partisipasi kelompok saudara itu seharusnya juga memberikan gambaran data yang lebih komplek yang tercermin dalam field notnya. jadi isi field notenya itu tidak hanya hasil wawancara tetai juga menyangkut keseharian para buruh, sehingga buruh tersebut melakukan gerakan sosial

Thank.......

GeRaS_06 mengatakan...

Solichah / 064564013

So_lily_13@yahoo.co.id

Geras2006.blogspot.com

Saya menanggapi bahwa ada yang belum dijelaskan di latar belakang proposal anda, yaitu mengenai kondisi kesejahteraan para buruh sebelum ada konflik dengan pengusaha atau perusahaan. Dan selanjutnya apa indikator tingkat kesejahteraan buruh apabila tuntutan mereka dikabulkan.

makasih bgt...

GeRaS_06 mengatakan...

Riza Anugrah S. / 064564006

Rizaas_064564006@yahoo.co.id

Geras2006.blogspot.com

yang ingin saya tanggapi adalah fenomena yang anda jabarkan masih terlalu luas. Jika anda mengambil fenomena dan lokasi penelitian di Rungkut Surabaya, apa saja permasalahan buruh yang pernah terjadi disana dan apa saja kebijakan-kebijakan dari perusahan untuk menyurutkan gerakan buruh tersebut. Hal ini perlu dicantumkan di pendahuluan awal, karena juga menyangkut pada pemilihan subjek di bab III tentang metode penelitian.

Matur Suwun...

GeRaS_06 mengatakan...

septian Asigit/ 064564020
septian_asigit@yahoo.co.id

Dari proposal anda mengenai pemilihan teori yang digunakan, tentunya ada landasan yang mendasari anda mengapa memilih teori tersebut. Saya disini kurang menangkap adanya keterhbungan teori yang anda gunakan dengan topik penelitian yang hendak anda laksanakan. Memang betul teori Karl Marx sebagian besar menceritakan tentang teori kelas yang mana sesuai dengan kondisi masyarakatnya sebagian besar tertindas karena kurangnya kepemilikan alat-alat produksi. Akan tetapi gerakan buruh yang terjadi di penelitian anda apakah juga karena minimnya kepemilikan alat-alat produksi??
Mengapa anda tidak memilh teorinya Engels yang merupakan teori pengembangan dari teori Karl Marx.Engels melihat adanya gerakan kaum buruh diakibatkan karena gejala-gejala baru di dalam perekonomian. sistem perekonomian di suatu perusahaan dikuasai oleh sistem yang dibuat pemilik modal.seperti kasusnya penerapan Labour Market Flexibility (LMF), yang pada dasarnya merupakan wujud nyata dari dominasi sistem ekonomi neo-liberal di Indonesia
Matur suwun

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to : TUTUT
GMNI adalah organisasi yang memiliki jaringan yang besar...organisasi mereka juga bekerja sama dengan orgnisasi lain seperti : HMI,,dll. Apabila ada kegiatan-kegiatan organisasi lain juga diundang..jika anda ingin melihat siapa-siapa yang terlibat dapat dilihat di struktur inti orang-orang penting dalam GMNI itu sendiri..silahkan liat bab4 laporan kelompok blog kami..thnx

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to: nadeak
dlm mlakukan aksi dmo, GMNI tdk dprovokatori ats org yg ada diblakang mrk, tetapi dmo itu sndiri brasal dr aspirasi anggota GMNI sndiri. aspirasi tsbt dltarbelakngi olh adanya fnomena yg tdk sesuai dgn apa yg diharapkan olh msyrakat, spert: knaikan BBM. dana yg didapatkan brasal dr kas anggota2 GMNI dan jg AD/ART organisasi itu sndiri. dlm lngkup GMNI daerah jg ada anggarannya smdiri utk mlakukan program kerja

youth06_movement.blogspot.com mengatakan...

to : APRIL

btw,, kelompok kita ngambil GMNI sebagai fokus penelitian karena GMNI sendiri merupakan gerakan pemuda yang merupakan inspirasi dari pemuda sebagai "agent of change" selain itu kan gak semua pemuda memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi yang mampu menggerakkan masyarakat untuk sadar dalam menyikapi berbagai fenomena yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. terjadinya disparitas atau kesenjangan antara yang senyatanya terjadi dengan apa yang diharapkan masyarakat sering tidak sesuai dengan kenyataannya. oleh karena itu GMNI merupakan salah satu organisasi pemuda yang dapat menyalurkan aspirasi rakyat tersebut.thnx

GeRaS_06 mengatakan...

to : April
saya mau menjawab pertanyaan anda mengenai bentuk perlawanan etnis tionghoa yang diasingkan oleh etnis diluar Tionghoa.
Yang pertama saya mau mengklarifikasi atas pemahaman anda tentang diasingkan. maksudnya diasingkan disini bukan berarti seperti orang yang diasingkan karena kena penyakit AIDS tapi diasingkan disini berarti Masyarakat Tionghoa yang merasa teralienasi karena sampai sekarang orang Tionghoa tidak mempunyai hak kewarganegaraan padahal etnis Tionghoa tersebut tingal di Indonesia sudah turun temurun. Oleh karena adanya ketimpangan kebijakan pemerintah kepada Etnis Tionghoa tersebut mengakibatkan etnis Tionghoa merasa terasing.
Kemudian bentuk perlawanan yang dilakukan masyarakat Tionghoa bukan dalam bentuk perlawanan yang Frontal seperti halnya perlawanan kaum buruh terhadap majikan. Tapi perlawanan mereka dalam bentuk strategi untuk mendapatkan kewarganegaraan. dan strategi itu diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dikoordinir oleh FLA misalnya seperti mempengaruhi pemerintah, menemani mereka dalam pengurusan surat-surat, sosialisasi di pihak manapun termasuk media, dan mengalokasi ke undang-undang.

GeRaS_06 mengatakan...

Jawaban Dari Kelompok GeRas
Solichah / 064564013
Bwt Icha…

Sebelumnya thnx baget ya Cha.. da sempet mampir di bloger kelompok qt
Duh… kayaknya kamu gak baca ya????
Pakek jurus kira-kira???paleng!!!!
Tapi is ok q tetap jawab pertanyaan u kq…:))

Sebelume etnis yang menikah diluar etnisnya, itu etnis ap? Apa warga peribumi Indonesia?

Etnis cina yang menikah di luar etnisnya sama sekali tidak menimbulkan masalah baru, malah justru menemukan titi terang terhadap status dirinya di Indonesia ini.
Dalam masalah pernikahan antar etnis hampir todak pernah ada masalah, yang menjadi masalahnya jika antara etnis ini sama-sama menikah. Misalnya Cina Vs Cina yang statusnya sama-sama tidak jelas alias stateless. Lawong status menjadi warga Negara aja tidak jelas, mereka harus mencatatkan perkawinanya ke departeman mana?tidak ada?sebelum mereka menjadi warga Indonesia.
Justru mereka dapat menghilangkan status stateless bisa dengan cara menikah dengan warga pribumi yaitu dengan cara naturalisasi bisa dari laki-laki atau perempuannya. Dengan cara ini maka mereka dapat mencatatkan perkawinannya di kantor urusan agama, yang pasti harus pindah agama sesuai hokum di Indonesia bahwa dalam menikah harus sama-sama seagama.

Kurang lebihnya begitu…..??

GeRaS_06 mengatakan...

Jawaban dari kelompok Geras

Oleh : Heri Saputro / 064564024
Herisos_024@yahoo.co.uk

Buat Tutut

Usaha etnis Tionghoa untuk menyamakan kedudukannya dengan etnis jawa yaitu dengan cara mereka saat ini sudah mulai mengurus kewarganegaraannya ke Dinas Kependudukan yang didampingi oleh para advokat misalkan LSM. Hal itu dikarenakan supaya etnis Tionghoa yang lama tinggal di Surabaya yang sudah turun temurun dan belum diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Indonesia mendapat pengakuan sebagai warga negara Indonesia. Sehingga, etnis Tionghoa bisa mengakses jaminan sosial, politik dan ekonomi dari pemerintah Indonesia. Selain itu, etnis Tionghoa juga berbaur dengan tinggal bersama dengan orang jawa dan sekarang etnis tionghoa banyak membentuk organisasi sosial kemasyarakatan.
Dari hasil wawancara kami sebenarnya Etnis Tionghoa tidak pernah berkonflik dengan etnis Jawa atau pribumi, karena mereka semua hidup berdampingan dan membaur satu sama lain antara etnis jawa dengan Tionghoa. Contoh kecil banyak orang etnis Tionghoa yang bekerja pada etnis jawa begitu sebaliknya. Bahkan pernah etnis Tionghoa menggelar acara dan membagikan ampau di sebuah masjid di Surabaya.